PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perubahan lingkungan luar dunia pendidikan, mulai lingkungan sosial,
ekonomi, teknologi, sampai politik mengharuskan dunia pendidikan
memikirkan kembali bagaimana perubahan tersebut mempengaruhinya sebagai
sebuah institusi sosial dan bagaimana harus berinteraksi dengan
perubahan tersebut. Salah satu perubahan lingkungan yang sangat
mempengaruhi dunia pendidikan adalah hadirnya teknologi informasi (TI).
Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan elemen penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Peranan teknologi informasi pada
aktivitas manusia pada saat ini memang begitu besar. Teknologi informasi
telah menjadi fasilitas utama bagi kegiatan berbagai sektor kehidupan
dimana memberikan andil besar terhadap perubahan – perubahan yang
mendasar pada struktur operasi dan manajemen organisasi, pendidikan,
trasportasi, kesehatan dan penelitian. Oleh karena itu sangatlah penting
peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) TIK, mulai dari
keterampilan dan pengetahuan, perencanaan, pengoperasian, perawatan dan
pengawasan, serta peningkatan kemampuan TIK para pimpinan di lembaga
pemerintahan, pendidikan, perusahaan, UKM (usaha kecil menengah) dan
LSM. Sehingga pada akhirnya akan dihasilkan output yang sangat
bermanfaat baik bagi manusia sebagai individu itu sendiri maupun bagi
semua sektor kehidupan (Pikiran Rakyat, 2005:Mei).
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan
pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran.
Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima
pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke
penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari
kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas
jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai
media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi
seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dan sebagainya. Interaksi
antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka
tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut
(Rosenberg, 2001).
1.2. Rumusan Masalah
Kegiatan pembelajaran yang efektif memerlukan suatu media yang mendukung
penyerapan informasi sebanyak-banyakanya. Seiring dengan perkembangan
jaman, maka teknologi informasi berperan penting sebagai sarana untuk
mendapatkan sumber informasi sebanyak-banyaknya yang berhubungan dengan
materi pelajaran yang diajarkan.
1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui peranan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran dan perkembangan
dunia pendidikan, serta pengaruh teknologi informasi dalam menghasilkan
keluaran peserta didik yang bermutu dan modern.
BAB II
KAJIAN
2.1 Teknologi Dan Hubungannya Dengan Metodologi Pembelajaran
Kata teknologi sering dipahami oleh orang awam sebagai sesuatu yang
berupa mesin atau hal-hal yang berkaitan dengan permesinan, namun
sesungguhnya teknologi pendidikan memiliki makna yang lebih luas, karena
teknologi pendidikan merupakan perpaduan dari unsur manusia, mesin,
ide, prosedur, dan pengelolaannya (Hoba, 1977) kemudian pengertian
tersebut akan lebih jelas dengan pengertian bahwa pada hakikatnya
teknologi adalah penerapan dari ilmu atau pengetahuan lain yang
terorganisir ke dalam tugas-tugas praktis (Galbraith, 1977). Keberadaan
teknologi harus dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas
dan efisiensi dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari masalah, sebab
teknologi lahir dan dikembangkan untuk memecahkan permasalahan yang
dihadapi oleh manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka teknologi
pendidikan juga dapat dipandang sebagai suatu produk dan proses
(Sadiman, 1993). Sebagai suatu produk teknologi pendidikan mudah
dipahami karena sifatnya lebih konkrit seperti radio, televisi,
proyektor, OHP dan sebagainya.
Sebagai sebuah proses teknologi pendidikan bersifat abstrak. Dalam hal
ini teknologi pendidikan bisa dipahami sebagai sesuatu proses yang
kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan,
dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi
permasalahan, melaksanakan, menilai, dan mengelola pemecahan masalah
tersebut yang mencakup semua aspek belajar manusia. (AECT, 1977).
Sejalan dengan hal tersebut, maka lahirnya teknologi pendidikan lahir
dari adanya permasalahan dalam pendidikan.Permasalahan pendidikan yang
mencuat saat ini, meliputi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan,
peningkatan mutu / kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan.
Permasalahan serius yang masih dirasakan oleh pendidikan mulai dari
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi adalah masalah kualitas, tentu
saja ini dapat di pecahkan melalui pendekatan teknologi pendidikan.
Terdapat tiga prinsip dasar dalam teknologi pendidikan sebagai acuan
dalam pengembangan dan pemanfaatannya, yaitu : pendekatan sistem,
berorientasi pada mahasiswa, dan pemanfaatan sumber belajar
(Sadiman,1984:44).
Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan
pembelajaran perlu diseain / perancangan dengan menggunakan pendekatan
sistem. Dalam merancang pembelajaran diperlukan langkah-llangkah
prosedural meliputi : identifikasi masalah, analisis keadaan,
identifikasi tujuan, pengelolaan pembelajaran, penetapan metode,
penetapan media evaluasi pembelajaran (IDI model, 1989). Prinsip
berorientasi pada mahasiswa beratri bahwa dalampembelajaran hendaknya
memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan
karakteristik,minat, potensi dari mahasiswa. Prinsip pemanfaatan sumber
belajar berarti dalam pembelajaran mahasiswa hendaknya dapat
memanfaatkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan
yang
dibutuhkannya.Satu hal
lagi lagi bahwa teknologi pendidikan adalah satu bidang yang menekankan
pada aspek belajar mahasiswa. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan
dalam satu kegiatan pendidiakan adalah bagaimana mahasiswa dapat
belajar, dengan cara mengidentifikasi, mengembangkan, mengorganisasi,
serta menggunakan segala macam sumber belajar. Dengan demikian upaya
pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan
mendayagunakan sumber belajar. Hal ini sesuai dengan ditandai dengan
pengubahan istilah dari teknologi pendidikan menjadi teknologi
pembelajaran. Dalam definisi teknologi pembelajaran dinyatakan bahwa
”teknologi pendidikan adalah teori dan praktek dalam hal desain,
pengembangan.
2.2 Peran Teknologi Informasi Dalam Modernisasi Pendidikan
Menurut Resnick (2002) ada tiga hal penting yang harus dipikirkan ulang
terkait dengan modernisasi pendidikan: (1) bagaimana kita belajar (how
people learn); (2) apa yang kita pelajari (what people learn); dan (3)
kapan dan dimana kita belajar (where and when people learn). Dengan
mencermati jawaban atas ketiga pertanyaan ini, dan potensi TI yang bisa
dimanfaatkan seperti telah diuraikan sebelumnya, maka peran TI dalam
moderninasi pendidikan bangsa dapat dirumuskan.
Pertanyaan pertama, bagaimana kita belajar, terkait dengan metode atau
model 3 pembelajaran. Cara berinteraksi antara guru dengan siswa sangat
menentukan model pembelajaran. Terkait dengan ini, menurut Pannen
(2005), saat ini terjadi perubahan paradigma pembelajaran terkait dengan
ketergantungan terhadap guru dan peran guru dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran seharusnya tidak 100% bergantung kepada guru lagi
(instructor dependent) tetapi lebih banyak terpusat kepada siswa
(student-centered learning atau instructor independent). Guru juga tidak
lagi dijadikan satu-satunya rujukan semua pengetahuan tetapi lebih
sebagai fasilitator atau konsultan.
Peranan yang bisa dilakukan TI dalam model pembelajaran ini sangat
jelas. Hadirnya e-learning dengan semua variasi tingkatannya telah
memfasilitasi perubahan ini. Secara umum, e-learning dapat didefinisikan
sebagai pembelajaran yang disampaikan melalui semua media elektronik
termasuk, Internet, intranet, extranet, satelit, audio/video tape, TV
interaktif, dan CD ROM (Govindasamy, 2002). Menurut Kirkpatrick (2001),
e-learning telah mendorong demokratisasi pengajaran dan proses
pembelajaran dengan memberikan kendali yang lebih besar dalam
pembelajaran kepada siswa. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip
penyelenggaraan pendidikan nasional seperti termaktub dalam Pasal 4
Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”.
Secara umum, peranan e-learning dalam proses pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi dua: komplementer dan substitusi. Yang pertama
mengandaikan bahwa cara pembelajaran dengan pertemuan tatap-muka masih
berjalan tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan TI, sedang
yang kedua sebagian besar proses pembelajaran dilakukan berbantuan TI.
Saat ini, regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah juga telah
memfasilitasi pemanfaatan e-learning sebagai substitusi proses
pembelajaran konvensional. Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
No. 107/U/2001 dengan jelas membuka koridor untuk menyelenggarakan
pendidikan jarak jauh di mana e-learning dapat masuk memainkan peran.
2.3 Pengembangan Teknologi Sebagai Bahan Ajar
Bahan ajar dalam pendidikan teknologi dikembangkan atas dasar
:(1)pokok-pokok bahasan yang paling essensial dan representatif untuk
dijadikan objek belajar bagi pencapaian tujuan pendidikan, dan (2)pokok
bahasan,konsep, serta prinsip atau mode of inquery sebagai objek belajar
yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan dan memiliki
hubungan untuk berkembang, mengadakan hubungan timbal balik dengan
lingkugan, dan memanfaatkannya untuk memecahkan masalah-masalah yang
tidak teramalkan (Soedjiarto 2000:19-51)
Atas dasar landasan pemikiran tersebut, maka ruang lingkup kajian
pendidikan teknologi yang dikembangkan dapat mencakup sebagai berikut :
a. Pilar teknologi, yaitu aspek-aspek yang diproses untuk menghasilkan
sesuatu produk teknologi yang merupakan bahan ajar tentang materi/bahan,
energi, dan informasi
b. Domain teknologi, yaitu suatu fokus bahan kajian yang digunakan
sebagai acuan untuk mengembangkan bahan pelajaran yang terdiri atas
:(1)teknologi dan masyarakat (berintikan teknologi untuk kehidupan
sehari-hari,industri,profesi, dan lingkungan hidup) (2) produk teknologi
dan sistem (berintikan bahan,energi, dan sistem),dan (3)perancangan dan
pembuatan karya teknologi (berintikan gambar dan perancangan, pembuatan
dan kaji ulang perancangan)
c. Area teknologi, yaitu batas kawasan teknologi dalam program
pendidikan teknologi, hal ini antara lain teknologi produksi, teknologi
komunikasi, teknologi energi, dan bioteknologi
Teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan
secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang
sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi (Tony Bates, 1995).
Alisjahbana I. (1966) mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan
pelatihan nantinya akan bersifat “Saat itu juga (Just on Time)”.
Teknik pengajaran baru akan bersifat dua arah, kolaboratif, dan
inter-disipliner. Apapun namanya, dalam era informasi, jarak fisik atau
jarak geografis tidak lagi menjadi faktor dalam hubungan antar manusia
atau antar lembaga usaha, sehingga jagad ini menjadi suatu dusun semesta
atau “Global village”. Sehingga sering kita dengar istilah “jarak sudah
mati” atau “distance is dead” Romiszowski & Mason (1996)
memprediksi penggunaan “Computer-based Multimedia Communication (CMC)”
yang bersifat sinkron dan asinkron. makin lama makin nyata kebenarannya.
Dari ramalan dan pandangan para cendikiawan di atas dapat disimpulkan
bahwa dengan masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang
akan lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner,
serta terkait pada produktivitas kerja “saat itu juga” dan kompetitif.
2.4 Fungsi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memilliki tiga fungsi utama
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu (1) Teknologi
berfungsi sebagai alat (tools), dalam hal ini TIK digunakan sebagai alat
bantu bagi pengguna (user) atau siswa untuk membantu pembelajaran,
misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat unsur grafis,
membuat database, membuat program administratif untuk siswa, guru dan
staf, data kepegawaian, keungan dan sebagainya.(2) Teknologi berfungsi
sebagai ilmu pengetahuan (science). Dalam hal ini teknologi sebagai
bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh siswa. Misalnya
teknologi komputer dipelajari oleh beberapa jurusan di perguruan tinggi
seperti informatika, manajemen informasi, ilmu komputer. dalam
pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006 terdapat mata pelajaran
TIK sebagai ilmu pengetahuan yang harus dikuasi siswa semua
kompetensinya. (3) Teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu
untuk pembelajaran (literacy). dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai
bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai sebuah
kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini komputer telah diprogram
sedemikian rupa sehingga siswa dibimbing secara bertahap dengan
menggunakan prinsip pembelajaran tuntas untuk menguasai kompetensi.
dalam hal ini posisi teknologi tidak ubahnya sebagai guru yang berfungsi
sebagai : fasilitator, motivator, transmiter, dan evaluator.
Disinilah peran dan fungsi teknologi informasi untuk menghilangkan
berkembangnya sel dua, tiga dan empat berkembang di banyak institusi
pendidikan yaitu dengan cara:(1) Meminimalisir kelemahan internal dengan
mengadakan perkenalan teknologi informasi global dengan alat teknologi
informasi itu sendiri (radio, televisi, computer )(2) Mengembangkan
teknologi informasi menjangkau seluruh daerah dengan teknologi informasi
itu sendiri (Wireless Network connection, LAN ), dan (3) Pengembangan
warga institusi pendidikan menjadi masyarakat berbasis teknologi
informasi agar dapat terdampingan dengan teknologi informasi melalui
alat-alat teknologi informasi.
Peran dan fungsi teknologi informasi dalam konteks yang lebih luas,
yaitu dalam manajemen dunia pendidikan, berdasar studi tentang tujuan
pemanfaatan TI di dunia pendidikan terkemuka di Amerika, Alavi dan
Gallupe (2003) menemukan beberapa tujuan pemanfaatan TI, yaitu (1)
memperbaiki competitive positioning; (2) meningkatkan brand image; (3)
meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran; (4) meningkatkan
kepuasan siswa; (5) meningkatkan pendapatan; (6) memperluas basis siswa;
(7) meningkatkan kualitas pelayanan; (8)mengurangi biaya operasi; dan
(9) mengembangkan produk dan layanan baru. Karenanya, tidak mengherankan
jika saat ini banyak institusi pendidikan di Indonesia yang
berlombalomba berinvestasi dalam bidang TI untuk memenangkan persaingan
yang semakin ketat. Maka dari itu untuk memenangkan pendidikan yang
bermutu maka disolusikan untuk memposisikan institusi pendidikan pada
sel satu yaitu lingkungan peluang yang menguntungkan dan kekuatan
internal yang kuat.
2.5 Faktor-Faktor Pendukung Teknologi Informasi Dalam Pendidikan
Teknologi informasi yang merupakan bahan pokok dari e-learning itu
sendiri berperan dalam menciptakan pelayanan yang cepat, akurat,
teratur, akuntabel dan
terpecaya.Dalam
rangka mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa factor yang
mempengaruhi teknologi informasi yaitu:(1)Infrastruktur (2)Sumber Daya
Manusia (3)Kebijakan (4)Finansial, dan (5)Konten dan Aplikasi
(Soekartawi,2003).
Maksud dari faktor diatas adalah agar teknologi informasi dapat
berkembang dengan pesat ,pertama dibutuhkan infrastruktur yang
memungkinkan akses informasi di manapun dengan kecepatan yang mencukupi.
Kedua, faktor SDM menuntut ketersediaan human brain yang menguasai
teknologi tinggi. Ketiga, faktor kebijakan menuntut adanya kebijakan
berskala makro dan mikro yang berpihak pada pengembangan teknologi
informasi jangka panjang. Keempat, faktor finansial membutuhkan adanya
sikap positif dari bank dan lembaga keuangan lain untuk menyokong
industri teknologi informasi. Kelima, faktor konten dan aplikasi
menuntut adanya informasi yang disampai pada orang, tempat, dan waktu
yang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk menyampaikan konten
tersebut dengan nyaman pada penggunanya.
E-learning yang merupakan salah satu produk teknologi informasi tentu
juga memiliki faktor pendukung dalam terciptanya pendidikan yang
bermutu, adapun faktor-faktor tersebut; Pertama, harus ada kebijakan
sebagai payung yang antara lain mencakup sistem pembiayaan dan arah
pengembangan.Kedua,
pengembangan isi atau materi, misalnya kurikulum harus berbasis
teknologi informasi dan komunikasi. Dengan demikian, nantinya yang
dikembangkan tak sebatas operasional atau latihan penggunaan komputer.
Ketiga, persiapan tenaga pengajar, dan terakhir, penyediaan perangkat
kerasnya (Soekartawi,2003).
Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan,
dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini
dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh
berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak
dengan berbagai huruf yang dimulai dengan awalan e seperti e-commerce,
e-government, e-education, e-library, e-journal, e-medicine,
e-laboratory, e-biodiversiiy, dan yang lainnya lagi yang berbasis
elektronika (Mason R. 1994)
Bishop G. (1989) meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan
bersifat luwes (flexible), terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga
yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia, maupun pengalaman
pendidikan sebelumnya (Bishop G. 1989). Mason R. (1994) berpendapat
bahwa pendidikan mendatang akan lebih ditentukan informasi interaktif,
seperti CD-ROM Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan
TV dan Video. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam
bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan
belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan
antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara
online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas
tugas yang diberikan dosen dan sebagainya, semuanya itu sudah dapat
dilakukan (Mason R. 1994).
2.6 Masalah Dan Hambatan Dalam Penggunaan Teknologi Informasi
Seperti teknologi lain yang telah hadir ke muka bumi ini, TI juga hadir
dengan dialektika. Selain membawa banyak potensi manfaat, kehadiran TI
juga dapat membawa masalah. Khususnya Internet, penyebaran informasi
yang tidak mungkin terkendalikan telah membuka akses terhadap informasi
yang tidak bermanfaat dan merusak moral. Karenanya, penyiapan etika
siswa juga perlu dilakukan. Etika yang terinternalinasi dalam jiwa siswa
adalah firewall terkuat dalam menghadang serangan informasi yang tidak
berguna.
Masalah lain yang muncul terkait asimetri akses; akses yang tidak
merata. Hal ini akan menjadikan kesenjangan digital (digital divide)
semakin lebar antara siswa atau sekolah dengan dukungan sumberdaya yang
kuat dengan siswa atau sekolah dengan sumberdaya yang terbatas (lihat
juga Lie, 2004). Survei yang dilakukan oleh penulis pada Mei 2005 di
tiga kota/kabupaten di Propinsi DI Yogyakarta terhadap 298 siswa dari 6
buah SMU yang berbeda menunjukkan bahwa akses terhadap komputer dan
Internet di daerah kota (i.e. Kota Yogyakarta) jauh lebih baik
dibandingkan dengan daerah pinggiran (i.e. Kabupaten Bantul dan
Gunungkidul). Jika hanya sekolah swasta yang dianalisis, kesenjangan ini
menjadi sangat tinggi. Akses siswa SMU swasta di Kota Yogyakarta
terhadap komputer dan Internet secara signifikan jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa SMU swasta di Kabupaten Bantul dan
Gunungkidul. Minimal, hal ini memberikan sinyal adanya kesenjangan
digital antar kelompok dalam masyarakat, baik dikategorikan menurut
lokasi geografis maupun tingkat ekonomi.
Data Departemen Pendidikan Nasional menunjukkan bahwa sebanyak 90% SMU
dan 95% SMK telah memiliki komputer. Namun demikian, kurang dari 25% SMU
dan 10% SMK yang telah terhubungan dengan Internet Mohandas, 2003). Di
tingkat perguruan tinggi, data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi –
dalam Pannen (2005) – menunjukkan bahwa kesadaran dalam pemanfaatan TI
dalam proses pembelajaran masih sangat rendah. Analisis terhadap
proposal teaching grant, baru 29,69% yang memanfatkan media berbasis
teknologi komputer. Ketersedian media berbasis teknologi informasi juga
masih terbatas. Hanya 15,54% perguruan tinggi negeri (PTN) dan 16,09%
perguruan tinggi swasta (PTS) yang memiliki ketersediaan media berbasis
teknologi informasi. Sekitar 16,65% mahasiswa dan 14,59% dosen yang
mempunyai akses terhadap teknologi informasi. Hasil survei yang melihat
pemanfaatan TI pada tahun 2004 menunjukkan bahwa baru 17,01% PTN, 15,44%
PTS, 9,65% dosen, dan 16,17% mahasiswayang memanfaatkan TI dengan baik.
Secara keseluruhan statistik ini menunjukkan bahwa adopsi TI dalam
dunia pendidikan di Indonesia masih rendah (Mohandas, 2003).
Tulisan singkat ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
terkait dengan (a) bagaimana seharusnya kita memandang TI, termasuk
potensi apa yang ditawarkan oleh TI; dan (b) bagaimana peran TI dalam
modernisasi/reformasi
pendidikan.Untuk
masalah kesenjangan ini, semua pihak (e.g. pemerintah, lembaga swadaya
masyarakat (LSM), dunia pendidikan, dan industri) dapat mulai memikirkan
program untuk meningkatkan dan memeratakan aksesterhadap teknologi
informasi di dunia pendidikan.
Program yang difasilitasi oleh Sekolah2000 (www.sekolah2000.
or.id)
dengan membagikan komputer layak pakai ke sekolah-sekolah adalah sebuah
contoh menarik. Tentu saja program seperti ini harus diikuti dengan
penyiapan infrastruktur lain seperti listrik dan telepon.
Pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan melek (literacy) TI juga pintu
masuk lain yang perlu dipikirkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap
potensi TI, yang pada akhirnya diharapkan meningkatkan kesadaran
(awareness). Tanpa awareness, pemanfaatan TI tidak optimal, dan yang
lebih mengkhawatirkan lagi sulit untuk berkelanjutan (sustainable).
Dalah kaitan ini, program untuk peningkatan awareness yang berkelanjutan
seperti pendidikan berkelanjutan lewat berbagai media (e.g. pelatihan
konvensional dan media massa) dan lomba website sekolah (seperti yang
diadakan oleh Sekolah2000 setiap tahun) merupakan sebuah alternatif yang
perlu dipikirkan (www.sekolah200.
co.id)
BAB III
PENUTUP
3. Kesimpulan
Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan
media teknologi pendidikan, yaitu dengan cara mencari dan
mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam belajar kemudian
dicarikan pemecahannya melalui aplikasi Teknologi Informasi yang
sesuai.Upaya
pemecahan permasalahan pendidikan terutama masalah yang berhubungan
dengan kualitas pembelajaran, dapat ditempuh dengan cara penggunaan
berbagai sumber belajar dan penggunaan media pembelajaran yang berfungsi
sebagai alat bantu dalam meningkatkan kadar hasil belajar peserta
didik. Teknologi informasi digunakan sebagai media untuk mempermudah
pencarian informasi tersebut.
3.1 Saran
Teknologi informasi merupakan salah satu media yang efektif dalam
kegiatan pembelajaran. Namun dalam penggunaanya harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran karena sering terjadi penyalahgunaan dalam
penggunaan teknologi informasi.